Foto: Pengamat kebijakan publik dan advokat yang dijuluki Panglima Hukum Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P.
Denpasar (Panglimahukum.com)-
Pengamat kebijakan publik dan advokat yang dijuluki Panglima Hukum Togar Situmorang, S.H., M.H., M.A.P., menyayangkan adanya aksi pemukulan atau adu jotos antar sesama Anggota DPRD Bali di Renon, Selasa (14/5/2019).
Bagi advokat yang masuk di dalam Indonesia 50 Best Lawyer Award 2019 ini aksi tidak terpuji yang dilakukan Anggota Dewan ini sangat memalukan dan mencoreng citra DPRD Bali sebagai lembaga yang terhormat.
“Kok Anggota DPRD bertingkah seperti preman pasar, arogan melakukan aksi kekerasan di kantor Dewan pas mau sidang paripurna,” sesal Togar Situmorang, Selasa malam (14/5/2019) saat ditanya tanggapannya atas kasus pemukulan ini.
Aksi main pukul di DPRD Bali ini seakan membuktikan kekhawatiran Togar Situmorang bahwa jangan sampai lembaga terhormat ini diisi para politisi yang berwatak “preman” dan “tuyul”. Artinya suka mengintimidasi, melakukan kekerasan dan bisa saja juga suka mencuri uang rakyat.
“Dulu sempat saya bilang jangan sampai lembaga legislatif diisi orang-orang berwatak preman dan tuyul berdasi pakai pin Anggota DPRD,” kata pengacara yang masuk di dalam 100 Advokat Hebat versi majalah PropertynBank ini.
“Kalau sudah begini (ada pemukulan Anggota DPRD Bali-red) kan rakyat dipertontonkan hal yang tidak baik dan memalukan,” ujarnya Togar yang juga Managing Partner Law Office Togar Situmorang & Associates yang juga rekanan bisnis usaha OTO 27 yang bergerak di bidang, Insurance AIA, Property penjualan Villa, Showroom Mobil, Showroom Motor Harley Davidson, Food Court dan juga Barber Shop.
Yang lebih disayangkan lagi insiden pemukulan ini terjadi antar anggota Dewan yang masih satu partai yakni sama-sama sebagai kader PDI Perjuangan dan juga bertugas di Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali.
Jadi hal ini selain mencoreng dan mencederai citra lembaga DPRD Bali juga sangat mencoreng wajah PDI Perjuangan sebagai partai penguasa di Bali dengan punya Gubernur Bali I Wayan Koster dan juga kursi mayoritas di DPRD Bali baik hasil Pileg 2014 maupun hasil Pileg 2019 yang baru saja usai.
“Kami harapkan Badan Kehormatan (BK) DPRD Bali memberikan sanksi bagi oknum Anggota Dewan yang terlibat pemukulan ini. Keduanya harus dikenai saksi. Induk partainya juga harus memberikan sanksi tegas,” harap Togar yang juga masuk di dalam Best Winners – Indonesia Business Development Award ini.
Dewan Pakar Forum Bela Negara Provinsi Bali ini pun berharap kasus ini agar menjadi bahan pembelajaran dan introspeksi diri bagi Anggota DPRD Bali lainnya agar jangan sampai terulang kembali. Sebab nama dan citra lembaga terhormat ini akan dipertaruhkan.
“Cukup sekali ini saja ada main pukul. Jangan sampai DPRD Bali dicap lembaga kumpulan preman pasar. Miris kita melihatnya,” tutup advokat asal Sumatra Utara yang saat ini sedang menyelesaikan program S3 Ilmu Hukum di Universitas Udayana.
DPRD Bali Jadi “Arena UFC”
Seperti diberitakan sebelumnya, pukulan telak yang dilayangkan Anggota Komisi I DPRD Bali Dewa Nyoman Rai terhadap rekannya Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bali, I Kadek Diana Selasa (14/5/2019) pagi sebelum sidang paripurna DPRD Bali.
Kedua anggota dewan ini sama-sama merupakan kader PDI Perjuangan. Dimana Kadek Diana merupakan Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali dan Dewa Rai merupakan salah satunya anggotanya.
Kejadian pemukulan ini sontak membuat Anggota DPRD Bali lainnya geger dan terkejut serta tak habis pikir “setan” apa yang merasuki pikiran Anggota Dewan ini hingga tega melakukan pemukulan dan mencoreng citra lembaga legislatif ini.
Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama saat dikonfirmasi Selasa (14/5/2019) juga mengaku terkejut dengan peristiwa pemukulan yang melibatkan Dewa Rai dan Kadek Diana. Namun sama seperti Tamba, Adi Wiryatama juga mengaku tidak tahu dan tidak menyaksikan langsung peristiwa pemukulan ini.
Pria yang juga Dewan Penasehat DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini berharap keduanya dapat menahan diri dan tetap menjaga nama baik lembaga DPRD Bali apapun masalah yang terjadi.
“Kalau ada salah paham, mari kita selesaikan dengan kepala dingin,” ujar mantan Bupati Tabanan ini.
Adi Wiryatama mengungkapkan pemukulan dipicu adanya kesalahpahaman diantaranya kedua kader PDI Perjuangan ini. Dikabarkan keduanya tidak akur di grup WA internal Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali. Bahkan keduanya juga dikabarkan kerap terlibat saling sindir dan saling ejek di media sosial.
Tidak terima dengan “hadiah bogem mentah” yang diterimanya, Kadek Diana sontak melaporkan Dewa Nyoman Rai ke Mapolda Bali Selasa (14/5/2019) siang. Ia melapor lantaran dipukul Dewa Rai saat menunggu sidang paripurna di Kantor DPRD Bali.
“Pelipis kiri saya dipukul dengan tangan kosong. Tapi sepertinya dia pakai cincin,” ucap Kadek Diana ketika ditemui saat melapor ke Mapolda Bali sembari menunjukkan luka memar serta benjol di alis kirinya. (wid)