Banyak Digital Nomade & Startup, Eko Cahyono: Bali Potensial Jadi Digital Paradise Asia

Bali tidak hanya sebagai destinasi wisata kelas dunia, tapi ternyata juga menyimpan potensi sebagai markas bagi pelaku usaha rintisan (startup) digital baik lokal maupun mancanegara. Bahkan Bali menjadi “surga” bagi para digital nomad.

Menurut pengamat ekonomi digital H.M Eko Budi Cahyono, S.E.,M.M.,M.H., fenomena banyak pekerja digital nomad, pekerja dari kalangan milenial yang bekerja tidak menetap di suatu tempat dan dengan menggunakan kemajuan teknologi digital dan akses internet tanpa dibatasi  ruang dan waktu di Bali tentu membawa dampak positif.

“Dengan banyaknya digital nomad dan startup di Bali ekosistem ekonomi digital juga akan makin kuat. Bali bisa menjadi digital paradise di Asia,” kata Eko Cahyono yang juga caleg DPR RI dapil Bali nomor urut 2 dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu ditemui di Denpasar, Minggu (2/12/2018).

Digital paradise yang dimaksud pria dengan tagline “Masuk Pak Eko ke Senayan” itu adalah Bali  menjadi pilihan utama bagi para pekerja digital nomad dunia dari berbagai negara. Misalnya banyak dilakoni profesi seperti penulis, programmer, desainer atau pengembang website, fotografer, penerjemah, internet marketing, atau konsultan IT dan lainnya.

Dalam bekerja, digital nomad ini tidak menetap di satu tempat melainkan berpindah-pindah  dalam kurun waktu tertentu atau beberapa tahun sesuai keinginan mereka. Biasanya gaya hidup digital nomad ini dilakoni bekerja sambil traveling atau menikmati suasana di suatu tempat. Mereka bisa bekerja dengan leluasa di mana saja sepanjang terkoneksi internet.

“Misalnya banyak digital nomad bekerja di pinggir pantai di Bali sambil menikmati keindahan Bali. Atau mereka bekerja di vila di Canggu, Sanur atau Ubud sambil menikmati suasana disana,” ungkap ekonom dan pendiri Ekonomi Bali Creative itu.

Digital nomad ini betah lama-lama tinggal dan bekerja di Bali, kata Eko, karena Bali memang sebagai destinasi wisata kelas dunia dimana banyak tempat yang bisa dijelajah sembari bekerja. Hal ini juga diuntungkan dengan biaya hidup di Bali yang jauh lebih murah dari kota-kota besar dunia tempat para pekerja digital atau pelaku usaha startup tinggal dan menjalankan pekerjaannya.

Bali juga bisa menjadi digital paradise bagi para digital nomad yang mendirikan startup (usaha rintisan) digital di Bali maupun para pelaku startup lokal. Maka Bali sangat potensial menjadi hub atau penghubung perkembangan startup dan inovasi digital di Asia bahkan dunia.

“Banyak orang asing yang membuka startup di Bali dengan cakupan pasar global, sehingga Bali bisa menjadi digital paradise di Asia bahkan bisa jadi seperti pusat ekosistem startup dan perusahaan teknologi di AS yakni Silicon Valleyā€¯ kata Eko yang juga konsultan ekonomi manajemen keuangan dan properti itu.

Menurut Eko ada banyak faktor yang membuat Bali semakin seksi dan menjadi pilihan tempat bekerja bagi digital  nomad dan pelaku startup lokal maupun asing. Pertama, eksosistem kreatif di Bali dianggap sangat pas untuk mendukung pendirian dan pengembangan startup yang memang sangat lekat dengan kreativitas dan inovasi teknologi.

Kedua, dari Bali mereka bisa  menggarap pasar dan peluang ekonomi digital di Indonesia maupun Asia Tenggara. Ketiga, kualitas hidup di Bali cukup bagus didukung dengan biaya hidup dan sewa gedung atau tempat tinggal yang lebih murah dibandingkan kota-kota besar lainnya di Asia.

Keempat, tentu dengan daya tarik Bali sebagai destinasi pariwisata kelas dunia membuat para investor asing akan tergerak dan tertarik pula mendanai dan membesarkan startup yang lahir di pulau ini.

“Populasi Indonesia yang lebih dari 250 juta penduduk yang didominasi masyarakat kelas menengah dan ketersediaan perangkat mobile yang murah menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk mengembangkan 
startup berbasis teknologi digital di Indonesia khususnya di Bali,” ujar Eko yang  juga pernah mengabdi sebagai Tenaga Ahli Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal.

Bali juga sangat dekat dengan pasar ekonomi digital. Sebanyak 60 persen pasar ekonomi digital ASEAN ada di Indonesia. “Infrastruktur dan ekosistem pendukung untuk para digital nomad dan pelaku startup beroperasi di Bali juga cukup. Misalnya dengan banyaknya coworking space di Bali,” imbuh Eko.

“Jadi dengan semua hal tersebut, Bali sangat layak menjadi digital paradise, menguatkan ekosistem ekonomi digital dan mampu mendukung visi Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai USD 130 miliar pada 2020,” tandas pria juga penulis buku ekonomi bisnis “best seller” berjudul “Sukses Ada di Pikiran dan Infrastruktur Ekonomi” itu. (dan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini